Jilid 1
Salah
satu cerita tentang angkot favoritku adalah jilid ini. Ini kisahku di angkot
jurusan gede bage-simpang dago, yang membawaku tiap pagi ke dago.
Pagi
itu seperti biasa setelah fardhu subuh aku menyiapkan tas dan sarapan. Setelah
sarapan dan sedikit beres-beres aku langsung meluncur keluar komplek. Dengan riang
seirama dengan pagi yang cerah. Tiap pagi aku melewati pos satpam. Dari dalam Pos tersebut
selalu mengeluarkan suara yang sudah tak
asing lagi
“pagi neng...!”
Dan
aku balas dengan semangat pagi kepada bapak satpam yang mungkin umurnya sudah
hampir 65 tahun itu.
“pagi
pak... ”
Wah...
Sempat kepikiran. Perasaan bapak ini deh yang paling semangat dari
satpam-satpam yang lain. Padahal beliau yang paling senior loh... Salut dah.
Setelah
berhasil keluar komplek dan mataku mulai bersiap-siap mencari si pink simpang
dago. Sett.. Akhirnya ada...
Penumpangnya
belum penuh, “biasanya penuh tumben biasanya jam segini udah penuh”. 06.30.
Perjalanan
kali menuju simpang dago biasanya memakan waktu satu jam-an. Sebenarnya bisa di
tempuh dengan seperempat dari waktu tadi, kalau tidak macet. Huft.. “Kota besar...
Nampaknya bandung sebentar lagi udah kaya jakarta nih,” celotehku dalam hati.
Karena takut ngantuk aku membaca buku. Tapi
kali ini aku terkalahkan oleh kantuk pada setengah perjalanan menuju terget .
Maklum tak tidur semalaman karena begadang. Dan beruntungnya aku dapat posisi
weenaak. Paling pojok.
“neng mau kemana”, sopir angkot. Suara itu
membangunkanku dari tidur... “bah aku ketiuran”. Sedikit panik dan melihat ke
jendela “ pasir impun mang” jawabku cepat dan pasti.
Nah
lo... Kok balik pulang?
Sopir
angkot pun bingung, ni neng kok minta balik. Trus aku liat lagi ke jendela.
“astagfirullah ini sudah di dayang sumbi (sembilan per sepuluh perjalanan) ”
dalam hati
“hm...punten
mang... Simpang dago ” kataku sambil nyengir. Si mang cuma bisa senyum melihat jawaban kagetku
tadi.
Akhirnya
dengan keamanahan si mamang aku sampai di simpang dago. Biasanya angkotnya
muter di dayang sumbi alasannya macet, padahal dikit lagi. Harusnya angkotnya
ganti nama aja gede bage- dayang sumbi atau gede bage- boromeus, karena menurunkan penumpang tujuh persepuluh
dari perjalanan. Hehehe ini sedikit curhat.
Hm..
Pelajaran moral pada hari itu adalah jangan terlalu memaksakan diri,otak juga
butuh isitirahat. Kalau nga jadi ngehenk
kaya tadi ngomongnya nglantur hehe...
Dan
harus tetap semangat dan bertanggungjawab menjalani takdir yang diberikan Allah
kepada kita. Ikhlas red. Hehe
Sekian
dulu ya....
See u
at the next trip J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar